Cerpen* "Cerdas?"

       "Cerdas?"
    Siang ini cukup cerah bagiku, terlihat sang surya mengintipku dari balik pepohonan. Ku tarik bibir manis ku seraya bersyukur kepada tuhan yang maha esa. Kertas ulangan di tangan ku benar-benar membuatku tak dapat melepas pandanganku dengan bebas. Ya, coretan tinta hitam itu telah menghipnotisku, hingga tak ku sadari seseorang telah berada di hadapanku.
   Wanita itu terlihat sangat anggun, pakaiannya rapi dan tubuhnya tinggi semampai. Tak salah lagi, wanita itu adalah Vina, seorang siswi yang begitu sempurna di mataku. Ia di anugerahkan kecerdasan yang luar biasa, bahkan ia hidup dalam kemewahan. Aku tak tau dengan tujuan apa ia menemuiku. Ku tersentak setelah melihat selembar kertas di tangannya. Nilai ulangannya sangat bagus, dan ini bukan pertama kali aku melihatnya.
  “nilai ulanganmu sangat bagus... kau sungguh luar biasa! Aku ingin belajar darimu, boleh?” kata ku seraya memohon.
   Ia hanya terdiam, tak ada sedikitpun tanggapan yang keluar dari mulut bahkan wajahnya. Ini membuatku sedikit malu, aku mengira ia tidak mendengarkan ucapanku tadi, ku coba mengulang kembali.
   “ehm, aku ingin belajar denganmu...”
Tapi ia tetap diam, ini lebih membuatku malu, karena aku yakin ia mendengar ucapan ku tadi.
   “oh sungguh maafkan aku, aku sangat memahami kesibukanmu... jangan dengarkan ucapanku tadi...!”
Ia tetap tidak memberikan jawaban. Ia melihat ku penuh rasa sinis. Aku hanya menunduk dan tak sedikitpun melihat ke arahnya.
   “ aku sering memperhatikanmu, kau cukup pintar, hanya saja kau sedikit malas untuk belajar” ujar vina sambil berjalan meninggalkan ku.
   Kata yang keluar dari mulutnya cukup meyakinkan ku bahwa ia siswi yang rajin belajar. Mungkin ia tak tau bagaimana keseharianku, yang selalu di sibukkan dengan pekerjaan. Ia adalah orang yang beruntung, semua yang ia inginkan dapat terpenuhi. ”sedangkan aku ? astagfirullah... apa yang ada di fikiranku ini... sungguh buruk sekali! Haaah.. kau ini.. bodoh sekali! Tak seharusnya kau iri dengannya... kau tau itu kesalahan besar... dasar bodoh...!”
Aku terus menyalahkan diriku sendiri, tanpa ku sadari Vina datang dan membuatku kaget untuk yang kedua kalinya.
   “apa yang kau lakukan? Kau ini kenapa...?”
   “ eh, tidak... tidak apa-apa.”
   “ kau benar-benar ingin belajar denganku?”
   “ee...
   “kau orang yang ke 25.. !”
   “hmm? Apa maksuu...”
   “apa tujuan utama mu? Apa kau ingin menjadi juara? Atau kau ingin di banggakan orang-orang disini?”
    Aku hanya diam mendengar ucapannya.
  “apa kau punya laptop, atau komputer? Kau punya buku panduan berapa banyak?”
Aku tetap diam.
   “berapa lama kau belajar dan mengulang pelajaran di rumah? Apa kau mengikuti les? Privat? atau bimbingan belajar? Apa aktivitasmu di rumah? Jangan diam saja, aku tidak punya banyak waktu untuk ini. Jika kau menjawab sesuai keinginanku, kau akan belajar dengan ku...!”
“baiklah, tujuan utamaku adalah meraih apa yang menjadi cita-cita ku. Aku ingin mewujudkan semua mimpi-mimpiku. Aku tidak berharap untuk menjadi juara, aku sudah merasa puas jika aku dapat memahami dan menerima dengan baik apa yang di sampaikan bapak dan ibu guru. Aku juga tidak berharap untuk menjadi kebanggaan orang-orang disini, karna aku belajar untuk cita-citaku, bukan untuk menunjukkan seberapa besar kemampuanku. Aku tidak memiliki laptop atau pun komputer, dan aku juga tidak memiliki buku panduan belajar selain dari sekolah, karna aku cukup memiliki media yang luar biasa, yang selalu memberiku ilmu baru, media yang satu-satunya ku miliki adalah alam. Aku belajar tidak lebih dari satu jam, aku tidak mengikuti les, privat, atau pun bimbingan belajar, karena aku juga harus membantu orang tua ku berjualan di pasar, menjaga adikku, mengajarinya mengaji dan shalat. bagiku belajar bukan hanya harus menguasai teori dan teori, pekerjaan dan aktivitasku sehari-hari adalah proses belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan mendatang dimana aku akan menjadi seorang ibu rumah tangga, dan aku harus siap untuk menghadapi kesulitan yang ada...” jawab ku dengan jelas.
   Aku tak tau apa yang ada di fikirannya, wajahnya terlihat pucat, matanya hampir tak berkedip melihatku.
   “ada apa...? jangan begitu, tidak apa jika ku tak bisa belajar denganmu..”
   “kau ... kau ini ...”
   “ada apa dengan ku, aku melakukan kesalahan? Maafkan aku...”
   “ tidak.. kau tidak salah..”
   “kenapa menangis...?”
   “jelas aku menangis, kau tau? Selama ini aku selalu berusaha, dengan semangat dan belajar sungguh-sungguh, Cuma karena aku ingin menjadi juara. Bahkan aku belum mempunyai mimpi, aku tak memikirkan apa yang menjadi cita-cita ku, aku hanya berusaha bagaimana orang lain bisa bangga terhadapku! aku bahkan tidak banyak menghabiskan waktu bersama keluargaku, hanya karena aku di sibukkan dengan kegiatan ku sendiri. Aku memang belajar sungguh-sungguh, tapi aku tak tau apa yang menjadi tujuanku sesungguhnya. Aku benar-benar bodoh, aku banyak meninggalkan kewajibanku beribadah kepada Allah, aku tak memikirkan masa depan ku.. ! dan kau, kau lah orang cerdas yang sesungguhnya, kau cerdas dalam semua hal, aku salut denganmu... ijinkan aku belajar denganmu...”
   “sudahlah, jangan kau sesali, semua yang kau lakukan tidak sia-sia... Allah menyayangimu, kau belum terlambat teman...  tidak ada yang pintar di antara kita, kita sama-sama belajar, menuju masa depan yang telah menanti..”
   “terimakasih.. terimakasih banyak..”
   “ iya.. sama-sama..”
   Tak ku sangka, hari ini akan berlalu seperti ini, sesuatu yang selama ini ku kagumi ternyata juga memiliki kelemahan. Allah begitu adil kepada setiap hambanya, dan ia tak akan merubah nasib hambanya, kecuali hambanya yang selalu berusaha serta berdoa untuk merubah nasib tersebut.
                                    Selesai #Ns

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Merendahkan Ciptaan Allah?